Kamis, 24 November 2011

BUDIDAYA KENTANG


II.

2.1 Botani      

2.1.1 Klasifikasi

Dalam dunia tumbuhan, kentang diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Divisi              : Spermatophyta
b) Subdivisi       : Angiospermae
c) Kelas               : Dicotyledonae
d) Famili            : Solanaceae
e) Genus            : Solanum
f) Species            : Solanum tuberosum L.

2.1.2 Morfologi

2.1.2.1 Daun
             Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun. Daunnya terletak berselang-seling pada batang tanaman. Daun berbentuk oval agak bulat dan meruncing, dan bertulang daun menyirip seperti duri ikan. Daun berkerut-kerut dan permukaan bagian bawah daun berbulu. Warna daun hijau muda sampai hijau tua hingga kelabu. Ukuran daun sedang dengan tangkai pendek. Daun tanaman berfungsi sebagai tempat proses asimilasi dalam rangka pembentukan karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Hasil fotosintesis atau asimilasi digunakan dalam pertumbuhan vegetatif, pertumbuhan generatif, respirasi, dan persediaan makanan (Samadi, 2007).
2.1.2.2 Batang
            Batang berbentuk segi empat atau segi lima, tergantung varietasnya, tidak berkayu, dan bertekstur agak keras. Batang kentang umumnya lemah sehingga mudah roboh bila terkena angin kencang. Warna batang umumnya hijau tua dengan pigmen ungu. Batang bercabang-cabang dan setiap cabang ditumbuhi oleh daun-daun yang rimbun. Permukaan batang halus. Ruas batang tempat tumbuhnya cabang mengalami penebalan. Diameter batang kecil dengan panjang  mencapai 1,2 m. Batang tanaman berfungsi sebagai jalan zat hara dari tanah ke daun, juga untuk menyalurkan hasil fotosintesis dari daun ke bagian tanaman yang lain (Sa-madi, 2007).
2.1.2.3 Akar
          Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar tunggang bisa menembus tanah sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar serabut tumbuh menyebar kearah samping dan menembus  datar. Akar tanaman berwarna keputih-putihan dan berukuran sangat kecil. Akar tanaman berfungsi untuk me- nyerap zat-zat hara yang diperlukan tanaman untuk memperkokoh berdirinya tan- taman (Samadi, 2007).
2.1.2.4 Bunga
         Tanaman kentang ada yang berbunga dan ada juga yang tidak ber-bunga,tergantung varietasnya. Warna bunga bervariasi, kuning atau ungu. Kentang varietas Desiree berbunga ungu, varietas Cipanas, Segunung, dan Cosima bunga dan be-nang sarinya berwarna kuning sedangkan putiknya berwarna putih. Bunga kentang tumbuh dari ketiak daun teratas. Jumlah tandan bunga juga bervariasi. Bunga kentang berjenis kelamin dua. Bunga yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji. Buah berbentuk buni dan di dalamnya terdapat banyak biji (Samadi, 2007).
2.1.2.5 Umbi    
             Umbi kentang terbentuk dari cabang samping diantara akar-akar. Umbi berfungsi untuk menyimpan bahan makanan sepeti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Ukuran, bentuk, dan warna umbi kentang bermacam-macam, tergantung varietasnya. Bentuk umbi ada yang bulat, oval agak bulat, dan bulat panjang. Umbi kentang ada yang berwarna kuning, putih, dan merah. Umbi kentang memiliki mata tunas sebagai bahan perkembangbiakan, yang selanjutnya akan dapat menjadi tanaman baru. Selain mengandung zat gizi, umbi kentang mengandung solanin. Zat ini bersifat racun berbahaya bagi yang memakannya. Racun solanin tidak dapat hilang apabila umbi tersembul keluar dari tanah dan terkena sinar matahari. Umbi kentang yang masih mengandung racun solanin berwarna hijau walaupun telah tua (Samadi, 2007).

2.2 Syarat Tumbuh

2.2.1 Iklim

          Daerah dengan curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun sangat sesuai untuk membudidayakan kentang. Pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman akan  berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah. Daerah yang sering mengalami angin kencang tidak cocok untuk budidaya kentang, karena angin kencang dapat mempercepat penguapan air tanah. Akibatnya, tanah menjadi cepat kering dan mengeras. Keadaan ini menyebabkan keseimbangan antara udara dan air yang tersedia didalam tanah berkurang dan tidak mampu mencukupi kebutuhan tanaman. Lama penyinaran yang diperlukan tanaman kentang untuk kegiatan fotosintesis adalah 9 - 10 jam/hari. Lama penyinaran juga berpengaruh terhadap waktu dan masa perkembangan umbi. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 18o - 21o C. Pertumbuhan umbi akan terhambat apabila suhu tanah kurang dari  10o C dan lebih dari 30o C. Kelembaban yang sesuai untuk tanaman kentang adalah 80 - 90%. Kelembaban lingkungan yang terlalu tinggi akan menyebabkan tanaman mudah terserang hama dan penyakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan          (Samadi, 2007).

2.2.2 Media Tanam

           Secara fisik, tanah yang baik untuk bercocok tanaman kentang adalah yang berstruktur remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang dalam. Sifat fisik tanah yang baik akan menjamin ketersediaan oksigen di dalam tanah. Tanah yang memiliki sifat ini adalah tanah andosol yang terbentuk di pegunungan - pegunungan. Keadaan pH tanah yang sesuai untuk tanaman kentang bervariasi antara 5,0 - 7,0, tergantung varietasnya. Untuk produksi yang baik pH yang rendah tidak cocok ditanami kentang. Pengapuran mutlak diberikan terhadap tanah yang memiliki nilai pH sekitar 7 (Samadi 2007).
            Daerah yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi/daerah pegunungan, dengan ketinggian antara 1.000 - 3.000 m dpl. Ketinggian idealnya berkisar antara 1000 - 1300 m dpl. Beberapa varitas kentang dapat ditanam di dataran menengah (300 - 700 m dpl)  (Samadi, 2007 ).

2.3 Teknis Budidaya    

2.3.1  Pengolahan Media Tanam                                                    

Lahan dibajak sedalam 30 - 40 cm sampai gembur supaya perkembangan akar dan pembesaran umbi akan berlangsung optimal. Kemudian tanah dibiarkan selama 2 minggu sebelum dibuat bedengan. Pada lahan datar, sebaiknya dibuat bedengan memanjang ke arah Barat - Timur agar memperoleh sinar matahari secara optimal, sedang pada lahan berbukit arah bedengan dibuat tegak lurus kemiringan tanah untuk mencegah erosi. Lebar bedengan 70 cm (1 jalur tanaman) atau 140 cm (2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30 cm. Lebar dan jarak antar bedengan dapat diubah sesuai dengan varietas kentang yang ditanam. Di sekeliling petak bedengan dibuat saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan lebar 50 cm (Setiadi,2007).

2.3.2 Teknik Penanaman

2.3.2.1 Pemupukan Dasar
             Pupuk dasar organik yang digunakan berupa kotoran ayam 10 ton/ha, kotoran kambing sebanyak 15 ton/ha atau kotoran sapi 20 ton/ha diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam, dicampurkan pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam pupuk anorganik berupa SP-36 400kg/ha (Setiadi, 2007).
2.3.2.2 Cara Penanaman
Bibit yang diperlukan jika memakai jarak tanam 70 x 30 cm adalah 1.300-1.700 kg/ha dengan asumsi umbi bibit berbobot sekitar 30-45 gram. Jarak tanaman tergantung varietas. Waktu tanam yang tepat adalah di akhir musim hujan pada bulan April - Juni. Jika lahan memiliki irigasi yang baik/sumber air, kentang dapat ditanam di musim kemarau. Jangan menanam di musim hujan. Penanaman dilakukan di pagi/sore hari. Lubang tanam dibuat dengan kedalaman  8 - 10 cm. Bibit dimasukkan ke lubang tanam, ditimbun dengan tanah yang diambila dari samping bedengan dan tekan tanah di sekitar umbi. Bibit akan tumbuh sekitar 10 - 14 HST. Mulsa jerami perlu dihamparkan di bedengan jika kentang ditanam di dataran sedang, tujuannya untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma (Setiadi, 2007).

2.3.3 Pemeliharaan Tanaman

2.3.3.1 Penyulaman        
Untuk mengganti tanaman yang kurang baik, maka dilakukan penyulaman. Penyulaman dapat dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari. Bibit sulaman merupakan bibit cadangan yang telah disiapkan bersamaan dengan bibit produksi. Penyulaman dilakukan dengan cara mencabut tanaman kentang yang mati atau    pertumbuhannya kurang baik tumbuhnya dan diganti dengan tanaman baru pada lubang yang sama (Rukmana, 2002).
2.3.3.2 Penyiangan
Lakukan penyiangan di lahan secara kontinyu dan sebaiknya dilakukan         2 - 3 hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan penggemburan. Jadi penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa penanaman. Penyiangan harus dilakukan pada fase kritis yaitu vegetatif awal dan pembentukan umbi.            (Rukmana, 2002 ).
2.3.3.3 Pemangkasan Bunga
Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya bunga dipangkas untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi, karena hal tesrebut akan me-nyebabakan terjadinya perebutan unsur hara untuk proses pembentukan umbi dan pembungaan (Rukmana, 2002).
2.3.3.4 Pemupukan
Selain pupuk organik, maka pemberian pupuk anorganik juga sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk yang biasa diberikan adalah Urea dengan dosis  330 kg/ha, TSP dengan dosis 400 kg/ha sedangkan KCl 200 kg/ha. Secara keseluruhan pemberian pupuk organik dan anorganik adalah pupuk kandang  saat tanam 15.000-20.000 kg. Pupuk anorganik Urea/ZA  21 hari setelah tanam 165/350 kg dan 45 hari setelah tanam 165/365 kg , SP-36 saat tanam 400 kg KCl 21 hari setelah tanam 100 kg dan 45 hari setelah tanam 100 kg, Pupuk cair 7 - 10 hari sekali dengan dosis sesuai anjuran. Pupuk anorganik tersebut diberikan ke dalam lubang pada jarak 10 cm dari batang tanaman kentang, sedangkan pupuk cair diaplikasikan dengan cara disemprotkan menggunakan tangki sprayer (Sa-madi, 1997).
2.3.3.5 Pengairan
Tanaman kentang sangat peka terhadap kekurangan air. Pengairan harus dilakukan secara rutin tetapi tidak boleh berlebihan. Pemberian air yang cukup membantu menstabilkan kelembaban tanah sebagai pelarut pupuk. Selang waktu 7 hari sekali secara rutin sudah cukup untuk tanaman kentang. Pengairan dilakukan dengan cara disiram dengan gembor/embrat atau dengan mengairi selokan sampai areal lembab (sekitar 15 - 20 menit) (Samadi, 1997).

2.3.4. Hama dan Penyakit

2.3.4.1 Hama
a.Ulat grayak (Spodoptera litura)
 Ulat grayak  menyerang daun hingga habis daunnya. Pengendalian dengan cara memangkas daun yang telah ditempeli telur dan sanitasi lingkungan (Pracaya, 2009).
b.Kutu Daun (Aphis )
Hama kutu daun yang sering dijumpai pada pertanaman kentang adalah Myzus persicae sulz, dan Aphis spiraecola. Kutu menginfeksi daun, lalu menghisap cairannya sehingga hilang cairannya (Pracaya, 2009).
c.Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)
Ulat tanah menyerang tanaman yang masih muda atau tunas-tunas muda, bagian daun, dan pangkal batang tanaman. Gejala yang tampak akibat serangan ulat tanah adalah terpotongnya tanaman pada bagian batang (Pracaya, 2009).
2.3.4.2 Penyakit
a.Penyakit busuk daun
 Penyebabnya adalah jamur Phytopthora infestans. Gejala yang  timbul adalah bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak basah hingga warna-nya berubah menjadi coklat sampai hitam dengan bagian tepi berwarna putih yang merupakan sporangium dan daun membusuk/mati. Pengendalian dengan cara sanitasi kebun (Samadi 2007).


b.Penyakit layu bakteri
Penyebabnya bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala yang muncul beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu dan daun tua, daun bagian bawah menguning. Pengendaliannya dengan cara sanitasi kebun dan pergiliran tanaman             (Samadi 2007).
c.Penyakit busuk umbi
Penyebabnya jamur Colleotrichum coccodes. Gejala yang muncul daun menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Bagian tanaman yang berada dalam tanah terdapat bercak-bercak berwarna coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi muda busuk. Pengendaliannya dengan cara pergiliran tanaman, sanitasi kebun dan penggunaan bibit yang baik (Samadi 2007 ).
d.Penyakit fusarium
Penyebabnya jamur Fusarium sp. Gejala yang muncul busuk umbi menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga bisa menyerang kentang di gudang penyimpanan. Infeksi masuk melalui luka-luka yang disebabkan nematoda/faktor mekanis. Pengendaliannya dengan cara menghindari terjadinya luka pada saat pe-nyiangan dan pendangiran  (Samadi 2007).

2.3.5  Ciri dan Umur Panen

Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung varietas tanaman. Pada varietas kentang genjah, umur panennya 90-120 hari, varietas medium 120-150 hari, dan varietas dalam 150-180 hari. Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen apabila daunnya telah berwarna kekuning-kuningan yang bukan disebabkan karena serangan penyakit, batang tanaman telah berwarna kekuningan dan agak mengering (Rukmana, 1998).
            Waktu panen yang sangat dianjurkan adalah dilakukan pada waktu sore hari/pagi hari dan dilakukan pada saat cuaca cerah. Umur tanaman, penampakan fisik tanaman, dan waktu pemanenan juga harus diperhatikan. Cara panen yang baik adalah dengan cara mencangkul tanah disekitar umbi kemudian angkat umbi dengan hati-hati dengan menggunakan garpu tanah. Setelah itu kumpulkan umbi ditempat yang teduh. Hindari kerusakan mekanis waktu panen (Rukmana, 1998).



1 komentar: