II.
2.1 Botani
2.1.1 Klasifikasi
Dalam dunia tumbuhan, kentang
diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Divisi : Spermatophyta
b) Subdivisi : Angiospermae
c) Kelas : Dicotyledonae
d) Famili : Solanaceae
e) Genus : Solanum
f) Species : Solanum tuberosum L.
a) Divisi : Spermatophyta
b) Subdivisi : Angiospermae
c) Kelas : Dicotyledonae
d) Famili : Solanaceae
e) Genus : Solanum
f) Species : Solanum tuberosum L.
2.1.2
Morfologi
2.1.2.1
Daun
Tanaman
kentang umumnya berdaun rimbun. Daunnya terletak berselang-seling pada batang
tanaman. Daun berbentuk oval agak bulat dan meruncing, dan bertulang daun
menyirip seperti duri ikan. Daun berkerut-kerut dan permukaan bagian bawah daun
berbulu. Warna daun hijau muda sampai hijau tua hingga kelabu. Ukuran daun
sedang dengan tangkai pendek. Daun tanaman berfungsi sebagai tempat proses
asimilasi dalam rangka pembentukan karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan
mineral. Hasil fotosintesis atau asimilasi digunakan dalam pertumbuhan
vegetatif, pertumbuhan generatif, respirasi, dan persediaan makanan (Samadi,
2007).
2.1.2.2 Batang
Batang berbentuk segi empat atau
segi lima, tergantung varietasnya, tidak berkayu, dan bertekstur agak keras. Batang
kentang umumnya lemah sehingga mudah roboh bila terkena angin kencang. Warna
batang umumnya hijau tua dengan pigmen ungu. Batang bercabang-cabang dan setiap
cabang ditumbuhi oleh daun-daun yang rimbun. Permukaan batang halus. Ruas
batang tempat tumbuhnya cabang mengalami penebalan. Diameter batang kecil
dengan panjang mencapai 1,2 m. Batang
tanaman berfungsi sebagai jalan zat hara dari tanah ke daun, juga untuk
menyalurkan hasil fotosintesis dari daun ke bagian tanaman yang lain (Sa-madi,
2007).
2.1.2.3 Akar
Tanaman kentang memiliki sistem perakaran
tunggang dan serabut. Akar tunggang bisa menembus tanah sampai kedalaman 45 cm,
sedangkan akar serabut tumbuh menyebar kearah samping dan menembus datar. Akar tanaman berwarna keputih-putihan dan
berukuran sangat kecil. Akar tanaman berfungsi untuk me- nyerap zat-zat hara
yang diperlukan tanaman untuk memperkokoh berdirinya tan- taman (Samadi, 2007).
2.1.2.4 Bunga
Tanaman
kentang ada yang berbunga dan ada juga yang tidak ber-bunga,tergantung
varietasnya. Warna bunga bervariasi, kuning atau ungu. Kentang varietas Desiree
berbunga ungu, varietas Cipanas, Segunung, dan Cosima bunga dan be-nang sarinya
berwarna kuning sedangkan putiknya berwarna putih. Bunga kentang tumbuh dari
ketiak daun teratas. Jumlah tandan bunga juga bervariasi. Bunga kentang
berjenis kelamin dua. Bunga yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan
buah dan biji. Buah berbentuk buni dan di dalamnya terdapat banyak biji
(Samadi, 2007).
2.1.2.5 Umbi
Umbi kentang terbentuk dari cabang samping diantara
akar-akar. Umbi berfungsi untuk menyimpan bahan makanan sepeti karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, mineral, dan air. Ukuran, bentuk, dan warna umbi kentang
bermacam-macam, tergantung varietasnya. Bentuk umbi ada yang bulat, oval agak
bulat, dan bulat panjang. Umbi kentang ada yang berwarna kuning, putih, dan
merah. Umbi kentang memiliki mata tunas sebagai bahan perkembangbiakan, yang
selanjutnya akan dapat menjadi tanaman baru. Selain mengandung zat gizi, umbi
kentang mengandung solanin. Zat ini
bersifat racun berbahaya bagi yang memakannya. Racun solanin tidak dapat hilang
apabila umbi tersembul keluar dari tanah dan terkena sinar matahari. Umbi
kentang yang masih mengandung racun solanin
berwarna hijau walaupun telah tua (Samadi, 2007).
2.2
Syarat Tumbuh
2.2.1 Iklim
Daerah dengan curah hujan rata-rata
1500 mm/tahun sangat sesuai untuk membudidayakan kentang. Pengaruhnya terhadap
pertumbuhan tanaman akan berhubungan
erat dengan ketersediaan air tanah. Daerah yang sering mengalami angin kencang
tidak cocok untuk budidaya kentang, karena angin kencang dapat mempercepat
penguapan air tanah. Akibatnya, tanah menjadi cepat kering dan mengeras. Keadaan
ini menyebabkan keseimbangan antara udara dan air yang tersedia didalam tanah
berkurang dan tidak mampu mencukupi kebutuhan tanaman. Lama penyinaran yang
diperlukan tanaman kentang untuk kegiatan fotosintesis adalah 9 - 10 jam/hari.
Lama penyinaran juga berpengaruh terhadap waktu dan masa perkembangan umbi. Suhu
optimal untuk pertumbuhan adalah 18o - 21o C. Pertumbuhan
umbi akan terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10o C
dan lebih dari 30o C. Kelembaban yang sesuai untuk tanaman kentang
adalah 80 - 90%. Kelembaban lingkungan yang terlalu tinggi akan menyebabkan
tanaman mudah terserang hama dan penyakit, terutama yang disebabkan oleh
cendawan (Samadi,
2007).
2.2.2 Media Tanam
Secara fisik, tanah yang baik untuk
bercocok tanaman kentang adalah yang berstruktur remah, gembur, banyak
mengandung bahan organik, berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang
dalam. Sifat fisik tanah yang baik akan menjamin ketersediaan oksigen di dalam tanah.
Tanah yang memiliki sifat ini adalah tanah andosol yang terbentuk di pegunungan
- pegunungan. Keadaan pH tanah yang sesuai untuk tanaman kentang bervariasi
antara 5,0 - 7,0, tergantung varietasnya. Untuk produksi yang baik pH yang rendah
tidak cocok ditanami kentang. Pengapuran mutlak diberikan terhadap tanah yang
memiliki nilai pH sekitar 7 (Samadi 2007).
Daerah
yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi/daerah pegunungan,
dengan ketinggian antara 1.000 - 3.000 m dpl. Ketinggian idealnya berkisar
antara 1000 - 1300 m dpl. Beberapa varitas kentang dapat ditanam di dataran
menengah (300 - 700 m dpl) (Samadi, 2007 ).
2.3 Teknis Budidaya
2.3.1 Pengolahan Media Tanam
Lahan
dibajak sedalam 30 - 40 cm sampai gembur supaya perkembangan akar dan
pembesaran umbi akan berlangsung optimal. Kemudian tanah dibiarkan selama 2
minggu sebelum dibuat bedengan. Pada lahan datar, sebaiknya dibuat bedengan
memanjang ke arah Barat - Timur agar memperoleh sinar matahari secara optimal,
sedang pada lahan berbukit arah bedengan dibuat tegak lurus kemiringan tanah
untuk mencegah erosi. Lebar bedengan 70 cm (1 jalur tanaman) atau 140 cm (2
jalur tanaman), tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30 cm. Lebar dan jarak
antar bedengan dapat diubah sesuai dengan varietas kentang yang ditanam. Di
sekeliling petak bedengan dibuat saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan lebar
50 cm (Setiadi,2007).
2.3.2 Teknik Penanaman
2.3.2.1
Pemupukan Dasar
Pupuk dasar organik yang digunakan
berupa kotoran ayam 10 ton/ha, kotoran kambing sebanyak 15 ton/ha atau kotoran
sapi 20 ton/ha diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum
tanam, dicampurkan pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam pupuk
anorganik berupa SP-36 400kg/ha (Setiadi,
2007).
2.3.2.2
Cara Penanaman
Bibit
yang diperlukan jika memakai jarak tanam 70 x 30 cm adalah 1.300-1.700 kg/ha
dengan asumsi umbi bibit berbobot sekitar 30-45 gram. Jarak tanaman tergantung
varietas. Waktu tanam yang tepat adalah di akhir musim hujan pada bulan April -
Juni. Jika lahan memiliki irigasi yang baik/sumber air, kentang dapat ditanam
di musim kemarau. Jangan menanam di musim hujan. Penanaman dilakukan di pagi/sore
hari. Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 8 - 10 cm. Bibit dimasukkan ke lubang tanam,
ditimbun dengan tanah yang diambila dari samping bedengan dan tekan tanah di
sekitar umbi. Bibit akan tumbuh sekitar 10 - 14 HST. Mulsa jerami perlu
dihamparkan di bedengan jika kentang ditanam di dataran sedang, tujuannya untuk
menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma (Setiadi,
2007).
2.3.3 Pemeliharaan Tanaman
2.3.3.1
Penyulaman
Untuk
mengganti tanaman yang kurang baik, maka dilakukan penyulaman. Penyulaman dapat
dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari. Bibit sulaman merupakan bibit
cadangan yang telah disiapkan bersamaan dengan bibit produksi. Penyulaman dilakukan
dengan cara mencabut tanaman kentang yang mati atau pertumbuhannya kurang baik tumbuhnya dan diganti
dengan tanaman baru pada lubang yang sama (Rukmana,
2002).
2.3.3.2 Penyiangan
Lakukan
penyiangan di lahan secara kontinyu dan sebaiknya dilakukan 2 - 3 hari sebelum/bersamaan dengan
pemupukan susulan dan penggemburan. Jadi penyiangan dilakukan minimal dua kali
selama masa penanaman. Penyiangan harus dilakukan pada fase kritis yaitu
vegetatif awal dan pembentukan umbi.
(Rukmana, 2002 ).
2.3.3.3
Pemangkasan Bunga
Pada varietas kentang yang berbunga
sebaiknya bunga dipangkas untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi,
karena hal tesrebut akan me-nyebabakan terjadinya perebutan unsur hara untuk
proses pembentukan umbi dan pembungaan (Rukmana,
2002).
2.3.3.4
Pemupukan
Selain pupuk organik, maka
pemberian pupuk anorganik juga sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk
yang biasa diberikan adalah Urea dengan dosis 330 kg/ha, TSP dengan dosis 400 kg/ha
sedangkan KCl 200 kg/ha. Secara keseluruhan pemberian pupuk organik dan anorganik
adalah pupuk kandang saat tanam
15.000-20.000 kg. Pupuk anorganik Urea/ZA 21 hari setelah tanam 165/350 kg dan 45 hari
setelah tanam 165/365 kg , SP-36 saat tanam 400 kg KCl 21 hari setelah tanam
100 kg dan 45 hari setelah tanam 100 kg, Pupuk cair 7 - 10 hari sekali dengan
dosis sesuai anjuran. Pupuk anorganik tersebut diberikan ke dalam lubang pada
jarak 10 cm dari batang tanaman kentang, sedangkan pupuk cair diaplikasikan
dengan cara disemprotkan menggunakan tangki sprayer
(Sa-madi, 1997).
2.3.3.5 Pengairan
Tanaman kentang sangat peka
terhadap kekurangan air. Pengairan harus dilakukan secara rutin tetapi tidak
boleh berlebihan. Pemberian air yang cukup membantu menstabilkan kelembaban
tanah sebagai pelarut pupuk. Selang waktu 7 hari sekali secara rutin sudah
cukup untuk tanaman kentang. Pengairan dilakukan dengan cara disiram dengan
gembor/embrat atau dengan mengairi selokan sampai areal lembab (sekitar 15 - 20
menit) (Samadi, 1997).
2.3.4. Hama dan
Penyakit
2.3.4.1 Hama
a.Ulat grayak (Spodoptera litura)
Ulat grayak menyerang daun hingga habis daunnya.
Pengendalian dengan cara memangkas daun yang telah ditempeli telur dan sanitasi
lingkungan (Pracaya, 2009).
b.Kutu Daun (Aphis )
Hama kutu daun yang sering dijumpai
pada pertanaman kentang adalah Myzus persicae sulz, dan Aphis spiraecola. Kutu menginfeksi daun,
lalu menghisap cairannya sehingga
hilang cairannya (Pracaya, 2009).
c.Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)
Ulat tanah menyerang tanaman yang
masih muda atau tunas-tunas muda, bagian daun, dan pangkal batang tanaman. Gejala
yang tampak akibat serangan ulat tanah adalah terpotongnya tanaman pada bagian
batang (Pracaya, 2009).
2.3.4.2 Penyakit
a.Penyakit busuk daun
Penyebabnya
adalah jamur Phytopthora infestans.
Gejala yang timbul adalah bercak-bercak
kecil berwarna hijau kelabu dan agak basah hingga warna-nya berubah menjadi coklat sampai hitam dengan bagian tepi berwarna putih yang merupakan sporangium
dan daun membusuk/mati. Pengendalian dengan cara sanitasi kebun (Samadi
2007).
b.Penyakit layu bakteri
Penyebabnya bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala yang muncul beberapa daun muda
pada pucuk tanaman layu dan daun tua, daun bagian bawah menguning.
Pengendaliannya dengan cara sanitasi kebun dan pergiliran tanaman (Samadi 2007).
c.Penyakit
busuk umbi
Penyebabnya jamur Colleotrichum coccodes. Gejala yang
muncul daun menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Bagian tanaman yang
berada dalam tanah terdapat bercak-bercak berwarna coklat. Infeksi akan
menyebabkan akar dan umbi muda busuk. Pengendaliannya dengan cara pergiliran
tanaman, sanitasi kebun dan penggunaan bibit yang baik (Samadi 2007 ).
d.Penyakit
fusarium
Penyebabnya jamur Fusarium sp. Gejala yang muncul busuk
umbi menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga bisa menyerang kentang di
gudang penyimpanan. Infeksi masuk melalui luka-luka yang disebabkan nematoda/faktor
mekanis. Pengendaliannya dengan cara menghindari terjadinya luka pada saat pe-nyiangan
dan pendangiran (Samadi 2007).
2.3.5 Ciri dan Umur
Panen
Umur
panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung varietas
tanaman. Pada varietas kentang genjah, umur panennya 90-120 hari, varietas
medium 120-150 hari, dan varietas dalam 150-180 hari. Secara fisik tanaman kentang
sudah dapat dipanen apabila daunnya telah berwarna kekuning-kuningan yang bukan
disebabkan karena serangan penyakit, batang tanaman telah berwarna kekuningan
dan agak mengering (Rukmana, 1998).
Waktu panen yang sangat dianjurkan
adalah dilakukan pada waktu sore hari/pagi hari dan dilakukan pada saat cuaca
cerah. Umur tanaman, penampakan fisik tanaman, dan waktu pemanenan juga harus
diperhatikan. Cara panen yang baik adalah dengan cara mencangkul tanah
disekitar umbi kemudian angkat umbi dengan hati-hati dengan menggunakan garpu
tanah. Setelah itu kumpulkan umbi ditempat yang teduh. Hindari kerusakan
mekanis waktu panen (Rukmana, 1998).
ijin copy yah kak makasih
BalasHapusElever Media Indonesia