Rabu, 23 November 2011

Budidaya Paprika Secara Hidroponik dengan Sistem Irigasi Tetes


2.1 Klasifikasi dan Morfologi Paprika

Menurut klasifikasi dalam tata nama (sistem tumbuhan) tanaman paprika termasuk kedalam:
Divisi               : Spermatophyta  (tanaman berbiji)
Sub divisi        : Angiospermae (biji berada di dalam buah)
Kelas               : Dicotyledonae (biji berkeping dua atau biji belah)
Ordo                : Solanales
Famili              : Solanaceae (terung-terungan)
Genus              : Capsicum
Spesies            : Capsicum annuum L. var. grossum
(Cahyono, 2007)
Secara morfologi, bagian penting tanaman cabai paprika yaitu:
1.    Batang
                 Tanaman cabai paprika memiliki batang yang keras dan berkayu, berbentuk bulat, halus, berwarna hijau gelap, dan memiliki percabangan yang beruas-ruas serta setiap ruas ditumbuhi daun dan tunas. Percabangan pada tanaman paprika lebih rimbun dibandingkan dengan percabangan pada cabai rawit atau cabai jenis lain (Cahyono, 2007).
2.    Daun
Daun cabai paprika berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi daun rata (tidak bergerigi/berlekuk). Daun merupakan daun tunggal dan memiliki tulang daun menyirip. Daun memiliki tangkai tunggal yang melekat pada batang atau cabang. Daun tanaman cabai paprika memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan daun tanaman cabai rawit (Cahyono, 2007).
3.    Bunga
Bunga cabai paprika merupakan bunga tunggal dan berbentuk bintang, dengan mahkota bunga berwarna putih. Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun. Penyerbukan bunga terjadi melalui penyerbukan sendiri namun dapat juga terjadi penyerbukan silang, dengan tingkat keberhasilan 56% (Cahyono, 2007).

4.    Buah
Buah akan terbentuk setelah terjadi penyerbukan. Buah cabai paprika memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran, warna, dan rasa. Pada umumnya, buah cabai paprika berbentuk seperti tomat, tetapi lebih bulat dan pendek, atau berbentuk seperti bel dengan permukaan bergelombang. Buah paprika berongga pada bagian dalamnya. Ukuran buah bervariasi, ada yang ukuran besar, panjang, atau pendek. Buah berdaging tebal, agak manis dan tidak pedas, walaupun memiliki aroma pedas (Cahyono, 2007).
5.    Biji
Biji cabai paprika terdapat dalam jumlah sedikit, berbentuk bulat pipih dan berwarna putih kekuningan. Ukuran biji cabai paprika lebih besar dibandingkan dengan biji cabai rawit. Biji-biji ini dapat digunakan sebagai bibit dalam perbanyakan tanaman (Cahyono, 2007).
6.    Akar
Tanaman cabai paprika memiliki akar tunggang yang tumbuh lurus ke pusat bumi dan serabut akar yang tumbuh menyebar ke samping. Perakaran tanaman tidak dalam, dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, porous, dan subur (Cahyono, 2007).

2.2  Syarat Tumbuh Tanaman Paprika

1.      Keadaan iklim
Keadaan iklim yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman paprika  meliputi suhu, kelembapan udara, curah hujan, dan cahaya matahari.
a.       Suhu
Tanaman cabai paprika dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi pada suhu 21oC – 27oC pada siang hari dan 13oC – 16oC pada malam hari. Suhu yang tinggi dapat menyebabkan gugur bunga, gugur buah, dan gugur tunas. Tanaman paprika masih dapat tumbuh pada suhu 30oC, namun pada suhu 38oC  pada siang hari dan 32oC pada malam hari, semua bunga dan bakal buah gugur (Cahyono, 2007).



b.      Kelembapan Udara
Agar dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi, tanaman cabai paprika memerlukan kelembapan udara sekitar 80%.Kelembapan udara juga mempengaruhi proses penyerapan unsur hara, terutama unsur N dan P
(Cahyono, 2007).
c.       Curah Hujan
 Curah hujan yang sesuai untuk tanaman cabai paprika adalah sekitar 250 mm/bulan. Di daerah yang memiliki curah hujan tinggi, tanaman cabai paprika masih bisa berproduksi dengan baik, jika disertai dengan drainase yang baik dan jarak tanam yang lebih renggang (Cahyono, 2007).
2.       Keadaan Tanah
Jenis tanah yang paling cocok untuk budidaya cabai paprika adalah tanah mediteran dan aluvial. Selain sifat-sifat fisik, kimia dan biologi yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah ketinggian tempat dan derajat kemiringan (Cahyono, 2007).
a.       Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah
Sifat fisik tanah yang harus diperhatikan dalam budidaya cabai paprika adalah tekstur dan struktur tanah. Tanah yang sesuai untuk budidaya tanaman cabai paprika adalah tanah lempung berpasir atau liat berpasir dan tanah yang memiliki struktur remah atau gembur.
Sifat kimia tanah yang harus diperhatikan adalah derajat keasaman tanah dan salinitas. Derajat keasaman tanah yang cocok bagi pertumbuhan tanaman cabai paprika berkisar antara 6,0 – 7,0 dan pH optimal adalah 6,5.
Sifat biologi tanah yang harus diperhatikan adalah kandungan bahan organik tanah serta jumlah dan aktivitas organisme tanah. Jika banyak mengandung bahan organik dan organisme tanah, maka tanah akan memiliki sifat biologi yang baik (Cahyono, 2007).
b.      Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, pembentukan hasil, dan masa panen. Lahan yang baik untuk budidaya tanaman paprika adalah dataran tinggi yang memiliki ketinggian lebih dari 700 m dpl. Sedangkan yang paling baik adalah dataran dengan ketinggian 1.000 m – 1.500 m dpl (Cahyono, 2007).

2.3  Teknik Budidaya

2.3.1 Persiapan Rumah Tanaman

Pada umumnya petani paprika di Indonesia menggunakan rumah tanaman yang rangkanya terbuat dari bambu. Untuk kondisi yang suhunya relatif tinggi, dinding rumah tanaman yang paling cocok adalah yang terbuat dari bahan kasa nilon. Rumah tanaman hendaknya berarah Timur- Barat, searah dengan perjalanan sinar matahari. Ukuran luas satu bangunan rumah kasa maksimal 1000 m2
(Gunadiet al., 2006).

2.3.2   Pemilihan Varietas

Ada beberapa varietas paprika yang saat ini ada di pasaran. Varietas paprika yang berwarna merah antaralain adalah Edison, Chang, Spartacus, Athena dan Spider. Selain itu ada varietas yang berwarna kuning antaralain Sunny, Capino, Goldflame dan Manzania. Sedangkan yang berwarna orange antaralain Magno dan Leon. Ada beberapa pertimbangan dalam memilih kultivar yaitu berdasarkan bobot buah dan bentuk buah (Tabel 1 dan 2).

Tabel 1. Varietas Paprika Berdasarkan Bobot Buah
Bobot Buah (gram)
Varietas
150-200
Edison, Spider
>200
Chang, Spartacus dan Athena
Sumber : Moekasan et al. (2008)
Tabel 2. Varietas Paprika Berdasarkan Bentuk Buah
Bentuk Buah
Kultivar
Blok (blocky) atau Lonceng (bell)
Athena, Spartacus, Edison, Sunny, Magno, Goldflame
Lonjong (lamujo)
Chang, Capino
Sumber : Moekasan et al. (2008)



2.3.3        Persemaian

Penyemaian benih paprika dapat dilakukan di baki persemaian atau di tempat persemaian lainnya. Media yang dapat digunakan adalah arang sekam danrockwool. Setelah benih dimasukan pada media semai dan ditutup dengan kertas tisu maka baki persemaian disimpan di dalam lemari persemaian pada suhu
20-25 oCdengan kelembaban udara 70-90%. Pada umur lima sampai tujuh hari setelah semai, kertas tisu dibuka dan lampu pada lemari persemaian mulai dinyalakan. Pada saat tanaman berumur 12-15 hari setelah semai, tanaman dipindahakan ke dalam polibag pembibitan dan ditempatkan diluar lemari persemaian. Pada hari ke-4 setelah bibit dipindahkan ke polibag pembibitan, bibit tersebut disiram dengan larutan hara AB Mix dengan EC 1,5 mS/cm sebanyak

3-4 kali sehari (Moekasan, 2002).

2.3.4        Persiapan Tanam

1.    Media dan wadah tanam
Media tanam yang dapat digunakan untuk paprika adalah arang sekam, rockwool, sabut kelapa dan pasir. Wadah yang dapat digunakan adalah polibag dengan diameter 30 cm atau slab (bantalan) ukuran 0,8 m x 0,25 m. Pada setiap slab dibuat 2 lubang tanam dengan jarak 30, 40 atau 50 cm dan jarak antar barisan 100-120 cm (Moekasan et al., 2008).
2.        Persiapan dan pemeliharaan rumah tanaman
Lantai rumah tanaman harus dilapisi dengan plastik mulsa. Pada tujuh hari sebelum penanaman, dilakukan sterilisasi rumah tanaman dengan penyemprotan  Formalin 3% pada dinding, tanah dan mulsa pastik dan pada tiga hari sebelum tanam, media tanam disemprot dengan insektisida Fipronil (1,5 ml/l) serta dijenuhkan dengan larutan hara (EC 1,5) (Gunawan, 2007).

2.3.5        Penanaman

            Sehari sebelum penanaman, harus dilakukan penjenuhan media tanam dengan pupuk AB Mix pH 5,8 dan EC 2. Jika pada tiap tanaman akan dibentuk
2 cabang utama maka setiap polibagditanami 2 tanaman atau kalau menggunakan slab maka setiap slab ditanamai 4 tanaman dengan jarak 1,1 -1,2 m dan jarak dalam barisan 0,4-0,5 m sedangkan jika akan dibentuk 3-4 cabang utama per tanaman, maka setiap polibag ditanami 1 tanaman atau setiap slab ditanami
2 tanaman dengan jarak antar barisan 1,1 – 1,2 m dan jarak dalam barisan 0,3 m (Moekasanet al., 2008).

2.3.6        Pemeliharaan Tanaman

1.    Pemasangan Penyangga Tanaman(pengajiran)
Pengajiran dilakukan saat tanaman berumur 1- 2 minggu dengan menggunakan tali rami yang ujungnya diikatkan ke kawat horizontal di langit-langit greenhouse.
2.    Penyiraman dan Pemupukan
Penyiraman dan pemberian hara pada sistem tanaman hidroponik dilakukan bersama-sama, yang dikenal dengan istilah fertigasi. Penyiraman dan pemberian hara pada tanaman paprika dapat dilakukan secara manual (Tabel 3) dan secara irigasi tetes (Tabel 4).
Tabel 3.  Pemberian Hara pada Tanaman Paprika secara Manual
Umur tanaman (MST)
Waktu pemberian (WIB)
Volume (ml/tan)
EC (mS/cm)
Suhu < 30
Kelembaban > 50%
Suhu > 30
Kelembaban < 50%
Masuk
Keluar
1 - < 6
(fase vegetativ I)
07.00
09.00
11.00
13.00
15.00
07.00
09.00
10.30
12.00
13.30
15.00
100
100
100
100
100
100
1,6-1,7
1,6-1,7
1,6-1,7
1,6-1,7
1,6-1,7
1,6-1,7
1,3-1,8
1,3-1,8
1,3-1,8
1,3-1,8
1,3-1,8
1,3-1,8
6 – 8
(fase vegetatif II/berbunga dan mulai berbuah)
07.00
09.00
11.00
13.00
15.00
07.00
09.00
10.30
12.00
13.30
15.00
150
150
150
150
150
150
1,8-1,9
1,8-1,9
1,8-1,9
1,8-1,9
1,8-1,9
1,8-1,9
2,0-2,1
2,0-2,1
2,0-2,1
2,0-2,1
2,0-2,1
2,0-2,1
>8
(fase generatif / pematangan buah
07.00
09.00
11.00
13.00
15.00
07.00
09.00
10.30
12.00
13.30
15.00
250
250
250
250
250
250
2,0-2,1
2,0-2,1
2,0-2,1
2,0-2,1
2,0-2,1
2,0-2,1
2,1-2,2
2,1-2,2
2,1-2,2
2,1-2,2
2,1-2,2
2,1-2,2
Sumber : Moekasan (2002)
Keterangan : MST = Minggu setelah tanam
                      EC    = Electro conductivity

Tabel 4. Pemberian Hara pada Tanaman Paprika secara Irigasi Tetes
Umur tanaman
Volume (ml/tanaman/hari)
EC
masuk
Keluar
Fase vegetatif I
(1- < 6 MST)
600
1,6 – 1,7
1,3 – 1,8
Fase vegetatif II
(> 6 – 8 MST) berbunga dan mulai berbuah
900
1,8 – 1,9
2,0 – 2,1
Fase generatif (>8 MST) pematangan buah
1.500
2 – 2,1
2,1 – 2,2
 Sumber : Gunadi et al. (2006)

Pada saat ini, pupuk untuk tanaman paprika sudah tersedia di pasaran dalam bentuk siap pakai yang terdiri atas dua campuran yaitu pupuk A dan B, disebut dengan AB Mix. Kandungan unsur hara dalam pupuk AB Mix untuk tanaman paprika (Tabel 5).

Tabel 5. Kandungan Unsur Hara Pupuk AB Mix
No.
Nama Unsur
Kandungan unsur
Bobot (g)

Pupuk A
1.

2.
3.
Kalsium ammonium nitrat (CaNO3)2
Kalium nitrat (KNO3)
Fe-kelat (Fe-EDTA 13%)
Ca = 18%, N-NO3 = 14,2%, N-NO4 =1,3%
K = 39%, N-NO3 = 14%
Fe = 13,2%
12.000

5.000
   100
Jumalah A
17.100

Pupuk B
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kalium di-hidro fosfat (KH2PO4)
Ammonium sulfat (NH4)2SO4
Kalium sulfat (K2SO4)
Magnesium sulfat (MgSO4.7H2O)
Mangan sulfat (MnSO4-4H2
Tembaga sulfat (MnSO4.4H2O)
Seng sulfat (ZnSO4.7H2O)
Asam Borat (H3BO3)
Ammonium hepta-molibdat (NH4)6Mo7O24.4H2O
K = 28,7%, P = 22,8%
N-NH4 = 21%, S = 24%
K = 44,8%, S = 18%
Mg = 9,7%, S = 13%
Mn = 25%
Cu = 26%
Zn = 23%
B = 18%
Mo = 50%
5.000
2.000
7.000
7.000
   150
       8
     27
     75
       3
Jumlah B
21.263
Jumlah A + B
38.363
Sumber : Moekasan (2002)


3.    Pemasangan Perangkap Organisme Pengganggu Serangga (OPT)
Pada umumnya serangga hama tertarik kepada warna kuning, tetapi thrips lebih tertarik kepada warna biru dan putih (Terry, 1997 dalam Moekasan, 2008). Oleh karena itu perangkap berwarna kuning, putih atau biru dapat digunakan untuk memerangkap serangga hama. Perangkap lekat warna biru, putih atau kuning, sebanyak 1 buah per 2 m2 dipasang sejak penanaman. Perangakap tersebut dipasang di atas kanopi tanaman (Moekasanet al., 2008).
4.    Pemasangan Serbuk Belerang
Untuk mencegah serangan penyakit tepung dipasang serbuk belerang yang diletakan pada belahan bambu sebanyak 1 belahan bambu per 2 m2. Dapat pula dilakukan pengasapan dengan pembakaran serbuk belerang seminggu sekali. Pengasapan harus dilakukan stelah pukul 17.00. Jika pengasapan menggunakan alat sulfur, evaporator cukup dipasang 1 buah untuk greenhouse seluas 500 m2. Alat ini hanya dinyalakan pada malam hari selama 4 jam mulai pukul 19.00 setiap hari (Moekasanet al., 2008).
5.    Pembentukan Cabang Utama
Tanaman paprika membentuk cabang ketika berumur 3-4 minggu setelah tanam. Ditetapkan hanya dua atau tiga cabang utama yang dipelihara dalam satu tanaman (Cahyono, 2007).
6.    Seleksi Buah
Seleksi buah adalah membuang buah yang pertumbuhannya kurang baik dan memelihara buah yang tumbuh dengan baik. Seleksi buah dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil dan mutu yang optimal.
Penyeleksian buah pertama dilakukan pada umur 6 – 7 MST. Buah yang tumbuh berdempetan salah satunya harus dibuang. Pada umur 8 – 10 MST dilakukan penyeleksian buah kedua dengan menyisakan sebanyak 3 – 4 buah per pohon (Moekasan, 2002).




7.    Pemangkasan Tunas Air
Pemangkasan tunas air (pewiwilan) dilakukan sesuai dengan kebutuhan, paling cepat dilakukan seminggu sekali. Ketika melakukan pewiwilan, tangan pekerja harus dilumuri lebih dahulu dengan larutan susu skim (tanpa lemak) dengan konsentrasi 200 g/l. Setiap berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain, tangan pekerja selalu harus dicelupkan kedalam larutan susu tersebut. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus (Moekasan et al., 2008).

8.    Pengendalian Hama dan Penyakit
Metode pengendalian hama dan penyakit yang dianggap paling efektif adalah menggunakan bahan kimia atau pestisida kimia. Penggunaan pestisida berdasarkan konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada tanaman paprika harus berdasarkan pada enam tepat, yaitu tepat sasaran, tepat mutu, tepat jenis pestisida, tepat waktu, tepat dosis atau tepat konsentrasi dan tepat cara penggunaan (Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2002).
1)   Tepat sasaran
Pestisida yang digunakan harus berdasarkan pada jenis OPT (organisme pengganggu tanaman) tersebut. Insektisida digunakan untuk mengendalikan serangan hama, akarisida untuk mengendalikan tungau, fungisida untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh jamur, nematisida untuk mengendalikan nematode, rodentisida untuk mengendalikan tikus, bakterisida untuk mengendalikan bakteri dan herbisida untuk mengendalikan gulma.
2)   Tepat mutu
Pestisida yang digunakan harus bermutu bahan aktifnya. Oleh karena itu dipilih pestisida yang terdaftar dan diijinkan oleh Komisi Pestisida.
3)   Tepat jenis pestisida
Pestisida yang digunakan harus diketahui efektif terhadap hama dan penyakit sasaran tetapi tidak menggangu perkembangan dan peranan organisme berguna.



4)   Tepat waktu penggunaan
Waktu yang tepat untuk melakukan penyemprotan adalah pada sore hari sekitar pukul 17.00 ketika suhu udara kurang dari 30 0C dan kelembaban udara berkisar antara 50-80%.
5)   Tepat dosis atau konsentrasi
Dosis atau konsentrasi formulasi pestisida yang lebih rendah atau lebih tinggi dari yang dianjurkan akan memicu timbulnya generasi organisme pengganggu tanaman yang akan kebal terhadap pestisida yang digunakan. Dengan demikian penggunaan dosis atau konsentrasi formulasi harus sesuai yang direkomendasikan pada label kemasannya.
6)   Tepat cara penggunaan
Cara aplikasi pestisida yang umum digunakan pada tanaman paprika adalah disemprotkan.
Beberapa hama dan penyakit yang sering menyerang dan mengakibatkan kerugian besar pada produksi cabai paprika adalah sebagai berikut:
1.    Hama
a.    Trips (Thrips capsici)
Trips menyerang daun-daun muda, dengan cara menggaruk dan mengisap cairan daun. Gejala serangan ditandai dengan bagian bawah daun yang terserang berwarna keperakan, selanjutnya berubah menjadi kecoklatan. Daun tampak keriput, keriting dan melengkung ke atas. Di samping menyerang daun, hama trips dapat pula menyerang buah paprika sehingga dapat menurunkan kualitas buah.
Pengendalian trips pada tanaman paprika dapat dilakukan dengan sistem pengendalian hama terpadu yaitu dengan cara penggunaan mulsa plastik hitam perak, pembuangan mahkota bunga dan penjarangan buah serta penyemprotan insektisida (Moekasan et al., 2008).
b.    Ulat grayak (Spodoptera litura F.)
Ulat grayak mempunyai warna yang bervariasi tergantung pada jenis makanannya, tetapi cirri utama ulat grayak adalah terdapatnya kalung hitam pada segmen abdomen yang keempat. Gejala serangannya ditandai dengan ulat muda memakan daun dengan meninggalkan epidermis sehingga daun menjadi transparan. Ulat tua memakan seluruh bagian daun dan yang ditinggalkan hanya tulang daunnya saja (Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2006).
Menurut Harpenas dan Dermawan, 2009 bahwa pengendalian ulat grayak pada tanaman paprika yang dilakukan dengan sistem PHT adalah sebagai berikut:
1)   Mekanis, yaitu dengan mengumpulkan kelompok telur dan larva, kemudian dimusnahkan.
2)   Kutur teknis, yaitu menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama serta melakukan rotasi tanaman.
3)   Kimiawi, yaitu penyemprotan dengan insektisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis, seperti Dipel, Florbac, Bactospeine, dan Thuricidae.
c.    Tungau teh kuning (Polyphagotarsonemus latus)
Gejala serangan ditandai dengan timbulnya warna seperti tembaga pada permukaan bawah daun, tepi daun mengeriting, daun menjadi kaku dan melengkung ke bawah. Pada serangan berat, tunas dan bunga gugur.
Jika intensitas serangan tungau telah mencapai ambang pengendalian yaitu kerusakan tanaman sebesar 15% maka tanaman paprika disemprot dengan akarisida, yang efektif seperti Propargit (Omite 570 EC) dan Dikofol (Kelthane 200 EC) (Moekasan et al., 2008).
d.   Kutu daun persik (Myzus persicae)
Kutu daun persik disebut pula kutu daun tembakau. Kutu daun menyerang daun-daun muda dengan cara menusuk dan menghisap cairan daun. Gejala serangannya adalah daun keriput, terpelintir dan berwarna kekuningan. Jika populasi kutu daun persik telah mencapai ambang pengendalian, yaitu
7 ekor/10 daun, maka pertanaman disemprot dengan insektisida Fipronil (Regent 50 EC) atau Alfametrin (Fastac 15 EC) (Gunadi et al.,2006).
e.    Lalat penggorok daun (Liriomyza sp.)
Lalat penggorok daun bersifat polifag. Serangan serangga dewasa pada daun ditandai oleh bercak-bercak putih. Serangan berat akan mengakibatkan daun mengering seperti terbakar. Pengendalian dengan sistem PHT dilakukan dengan pemasangan perangkap lekat warna kuning di atas kanopi tanaman dan penggunaan insektisida yang selektif dan efektif seperti Kartap Hidroksida atau Siromazin (Moekasan et al., 2008).
2.    Penyakit
a.    Penyakit tepung
Penyakit tepung disebabkan oleh cendawan Oidiopsis capsici. Gejala serangan ditandai dengan adanya lapisan tepung berwarna putih terutama menempel pada bawah daun.
Penyebaran atau penularan penyakit tepung dapat terjadi melalui angin, peralatan pertanian yang telah terinfeksi. Pengendalian dapat dilakukan dengan pemasangan dan pengasapan dengan pembakaran serbuk belerang, penyemprotan fungisisda yang berbahan aktif Fenarimol atau Heksakonazol (Moekasan, 2002).
b.    Penyakit layu fusarium
Penyakit layu fusarium disebabkan oleh cendawan Fusarium spp. Gejala serangan ditandai dengan layunya tanaman mulai dari bagian bawah. Anak tulang daun menguning dan bila terinfeksi terus berkembang, dalam dua sampai tiga hari setelah infeksi tanaman akan menjadi layu. Tanaman paprika yang terserang penyakit layu fusarium segera dicabut dan dimusnahkan. Fungisida yang efektif dan dianjurkan adalah Benomil (Benlate) atau Klorotanil (Daconil 75 WP). Larutan fungisida tersebut disiramkan ke perakaran dengan dosis 100 ml per polibag (Moekasan, 2002).
c.    Penyakit bercak buah (Colletotrichum spp.)
Bercak buah cabai sering disebut penyakit antraknos atau patek. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum spp.Gejala awal serangan ditandai dengan terbentuknya bercak cokelat – kehitaman, kemudian meluas menjadi busuk lunak. Tanaman yang terserang harus segera dimusnahkan. Penyemprotan pestisida dapat dilakukan dengan fungisida seperti Antracol, Dithane M-45, dan Daconil (Harpenas dan Dermawan, 2009).

2.3.7        Panen dan Pascapanen

1)   Panen
Menurut Gunadi et al. (2006), waktu panen tanaman paprika tergantung pada kondisi pertanaman, biasanya tanaman paprika dapat dipanen mulai umur
2 sampai 2,5 bulan. Paprika dipanen bila buahnya telah mencapai ukuran maksimal, hampir matang, tetapi warnanya masih hijau.
Menurut Hadinata (2004), paprika hendaknya dipanen pada pagi hari ketika suhu udara di dalam rumah kasa masih rendah dan kelembaban udara masih cukup tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi penguapan agar buah tidak layu atau keriput. Pemanenan hendaknya menggunakan pisau atau gunting yang tajam dan sebelum digunakan dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan susu skim.
2)   Pascapanen
a.    Sortasi dan Grading
Sortasi merupakan kegiatan untuk memisakan buah cabai paprika yang sehat dari buah cabai paprika yang rusak. Dari hasil sortasi tersebut kemudian dilakukan pengelompokan buah cabai paprika menjadi beberapa kelas mutu (grading) berdasarkan standar mutu, menurut ukuran buah dan tingkat kerusakan buah. Hadinata (2004) menyatakan bahwa ada empat kategori ukuran buah paprika (Tabel 6).

Tabel 6. Ukuran Buah Paprika
Kategori
Diameter (cm) buah
Bobot(gram) buah
Kecil
6,5 – 8
120 – 160
Sedang
>8 – 9,5
> 160 – 200
Besar
>9,5 – 11
>200 – 250
Sangat besar
>11
>250

b.    Pengemasan dan Pengangkutan
Paprika dapat dikemas dalam kotak karton berventilasi dengan kapasitas
5 kg.  Jika paprika akan dikirim ke tempat yang jauh, kendaraan yang digunkan adalah kendaraan berpendingin (7 – 12 oC) agar kesegaran buah tetap terjaga (Moekasan et al., 2008).

3 komentar:

  1. udah perbah buat hidroponik sebelumnya ?

    BalasHapus

  2. PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

    menyediakan biotan untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro

    BalasHapus